Salatiga – patroligrup.com – Prevalensi stunting Kota Salatiga tercatat pada tahun 2022 sebesar 14,2%. Di tahun 2023 sebesar 16,9%. Sehingga ada kenaikan 2,7%. Namun posisi ini masih dibawah angka nasional 21,5% dan tingkat Jawa Tengah di angka 20,7%.
Hal itu dijelaskan Kepala DP3AP2KB Yuni Ambarwati usai melakukan Rembug Stunting di Hotel Wahid, Kamis (03/10/2024). Dari data tersebut, berbagai langkah terus dilakukan sebagai upaya pencegahan dan penanganan stunting di Salatiga.
“Dalam upaya pencegahan stunting, kita lakukan berbagai macam intervensi spesifik maupun sensitif termasuk intervensi serentak yang telah dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2024, dan berhasil mendata 5,63% atau 547 balita stunting yang ada di Kota Salatiga. Sedangkan target prevalensi stunting di tahun 2024 adalah sebesar 14%,” kata Yuni.
Sementara itu, Kepala DKK Salatiga Prasit Al Hakim menjelaskan bahwa penanganan stunting memang tidak bisa sendirian. Harus kita integrasikan dengan kegiatan yang ada di dinas dan puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah Kota Salatiga sehingga program yang dijalankan tidak tumpang tindih.
“Pendampingan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang ada di wilayah juga ditingkatkan. Tidak hanya itu saja, kita juga membutuhkan bantuan dan dukungan dari pejabat yang menaungi kewilayahan seperti camat dan lurah,” ujar Prasit.
Penanganan stunting itu sangat penting, imbuh Prasit, sehingga pihaknya juga akan memanfaatkan psikolog dari civitas akademisi seperti UIN dan UKSW.
“Mereka akan memberikan pelayanan konsultasi kepada ibu. Makanan tambahan, tablet penambah darah maupun susu bisa diberikan kepada ibu hamil. Kader-kader kesehatan juga perlu memberikan pendampingan agar tepat sasaran,”tambahnya.
Pj Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani mengatakan bahwa di tahun sebelumnya, semua balita belum diukur, namun untuk tahun 2024 sudah diukur semua.
“Datanya riil sampai tingkat kelurahan sudah ada. Maka penanganannya bisa lebih fokus pada masing-masing anak balita tersebut. Untuk tahun ini kita juga melakukan kerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk penanganan per anak. Sehinga treatmentnya akan disesuaikan dengan kondisi per anak,” jelas Yasip usai menghadiri acara rembug stunting.
Dirinya menambahkan, setiap OPD harus bersama-sama dalam pencegahan dan penanganan stunting ini.
“Mereka juga melakukan kegiatan yang mengarah kepada penanganan dan pencegahan stunting. CSR juga kita libatkan dan perlukan. Ini adalah komitmen kepada masyarakat terkait penanganan stunting,”pungkasnya.
Red